Koneksi Kosmik Mohd Said – Ali Hasjmy

  • Bagikan
Koneksi Kosmik Mohd Said - Ali Hasjmy
Mohd Said - Ali Hasjmy

Oleh M. Alkaf

Hubungan Mohd. Said dan Ali Hasjmy merupakan – meminjam frasa Rosihan Anwar, perkisahan nusa. Dari dua anak bangsa di Sumatra Timur dan Aceh, terbangunlah negeri ini dari tidur panjang akibat kolonialisme

Gejolak revolusi Indonesia tidak bisa dibendung lagi. Revolusi adalah masa depan bagi manusia Indonesia setelah ratusan tahun dijajah oleh kekuatan kolonial. Suasana itu adalah jamak dari Sabang sampai Merauke. Keinginan untuk hidup bersama seperti keinginan sejarah. Tidak bisa ditolak lagi. Itulah yang terjadi di Sumatera Timur dan Aceh. Dua wilayah yang memiliki gegap gempita revolusi. Karena gegap gempita itulah, revolusi menuntut adanya kesamaan hidup antar sesama manusia, tanpa adanya penghisapan satu manusia atas manusia lainnya.

Gejolak revolusi itu lalu memiliki residu ketika apa pun yang datang dari masa kolonial harus dihapuskan dari atas bumi Indonesia. Mohd. Said menyadari itu. Lalu, dia menghubungi Ali Hasjmy untuk membicarakan hal penting tersebut.

Mohd. Said dan Ali Hasjmy merupakan dua tokoh penting di zaman revolusi. Keduanya tidak hanya turut serta dalam mempertahankan jalannya proklamasi kemerdekaan Indonesia, bahkan juga telah lama menjadi tokoh terkemuka di Sumatra dalam dunia kepenulisan. Karya-karya keduanya telah membangkitkan dan merawat kesadaran nasional, seperti karya Mohd. Said, Kuli Kontrak Tempo Dulu dan A. Hasjmy yang menulis buku, Tanah Merah: Digul Bumi Pahlawan Kemerdekaan Indonesia.

Karena keduanya memiliki horizon sejarah dan kebudayaan Indonesia yang tinggi itulah, Mohd. Said mengusulkan kepada A. Hasjmy agar menjaga kuburan Belanda yang bernama Kerkhof Peutjoet. Mohd. Said khawatir amarah revolusi nantinya akan menyasar area penting itu yang nantinya bisa menjadi saksi sejarah betapa hebatnya orang Aceh mempertahankan marwah dirinya di hadapan kekuatan kolonial Belanda.

Usulan kepada Ali Hasjmy itu tepat adanya karena pada saat itu dia memimpin Lasykar Rencong, salah satu dari tiga lasykar terkuat di Aceh selain Lasykar Mujahidin dan Lasykar Tgk. Chiek Paya Bakong. Usulan Mohd. Said dan keputusan cepat Ali Hasjmy menjadikan generasi sekarang masih bisa menyaksikan area perkuburan Kerkhoff Peutjoet. Kerkhoff menjadi sebuah narasi epik pada dua hal: patriotisme dan etika orang Aceh.

Patriotisme dari perasaan tanpa takut orang Aceh sehingga menjadi Kerkhoff dihuni oleh para jenderal, perwira, dan prajurit Belanda yang mati karena tebasan klewang, sabetan pedang, dan pelor panas pejuang Aceh. Sedangkan etika, seperti kata Ali Hasjmy, bahwa Kerkhoff itu merupakan cara orang Aceh melihat hidup dan kematian sekaligus. Betapa pun yang dikubur itu adalah musuhnya, tetap saja tidak boleh diganggu. Itulah rumusan etika orang Aceh menurut Ali Hasjmy.

Perjumpaan lainnya antara Mohd. Said dan Ali Hasjmy adalah pada ruang kesejarahan. Moh.Said memberikan perhatian besar kepada sejarah Aceh. Dia menulis dua jilid buku, Aceh Sepanjang Abad. Buku ini berkisah tentang Aceh yang tumbuh, berkembang, berjaya, dan jatuh. Mohd. Said cakap dalam mengonstruksi babak sejarah Aceh. Walaupun menggunakan bahan dari sumber Eropa, Mohd. Said menjadikan bukunya dalam wajah pos-kolonial. Karena itulah, buku yang awal mula dicetak di tahun 1961, dicetak kembali oleh Pemerintah Aceh pada tahun 2007. Sebelumnya, di masa A. Hasjmy menjadi Gubernur Aceh, Mohd. Said juga mendapat penghargaan atas karyanya itu.

Buku Aceh Sepanjang Abad adalah pemandu orang Aceh memahami dirinya. Hal demikian relevan dengan orientasi Ali Hasjmy untuk membangun ulang identitas orang Aceh melalui banyak pekerjaan akademik dan ideologisnya, seperti menulis sejarah Iskandar Muda, Hikayat Prang Sabi, dan pelacakan awal masuknya Islam di Nusantara. Semangat inilah yang kemudian saling terhubung antara Mohd. Said dan Ali Hasjmy.

Apalagi, di awal tahun 1990-an, Ali Hasjmy memulai proyek baru dengan nama Dunia Melayu Raya. Proyek ini bertujuan untuk membangun peta besar kebudayaan Melayu di dunia. Apa yang dilakukan oleh Ali Hasjmy ini juga mendapatkan titik temunya dengan Mohd. Said yang sejak lama meyakini bahwa perjumpaan sesama bangsa Melayu tidak dapat dibendung, bahkan oleh dinding kolonial sekalipun.

Hubungan Mohd. Said dan Ali Hasjmy merupakan – meminjam frasa Rosihan Anwar, perkisahan nusa. Dari dua anak bangsa di Sumatra Timur dan Aceh, terbangunlah negeri ini dari tidur panjang akibat kolonialisme. Mohd. Said dan A. Hasjmy adalah dua dari sekian banyak anak bangsa yang telah mempertaruhkan hidupnya demi masa depan Indonesia. Kepada teladan merekalah, sepatutnya kita bercermin.

Penulis adalah Dosen IAIN Langsa.




Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Koneksi Kosmik Mohd Said - Ali Hasjmy

Koneksi Kosmik Mohd Said - Ali Hasjmy

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *