Oleh Budi Agustono
‘Merawat dan memelihara istana yang eksotik ini memerlukan biaya. Besar kemungkinan adanya gerai-gerai busana komersial ini mendatangkan sumber pendapatan untuk perawatan dan pemeliharaannya. Namun jika ini menjadi alasan utama mencari sumber pendapatan, bukanlah pilihan tepat’
Jika melihat foto sejarah Istana Maimoon membuat decak kagum melihatnya. Di foto bersejarah tampak Istana Maimoon di hamparan tanah luas begitu indah, mempesona dan menggetarkan sebagai saksi kebesaran kebudayaan Melayu di Sumatera Timur. Istana Maimoon berdiri di masa Sultan Makmun Al Rasyid tahun 1888.
Di periode ini Kesultanan Deli menjulang namanya di dunia lantaran tanah di wilayah kekuasaan menjadi kantong perkebunan tembakau. Tembakau tumbuh subur di wilayah Deli dan setelah pertama kali beroperasinya industri perkebunan di tahun 1870-an membawa keberuntungan ekonomi menakjubkan bagi pemilik industri perkebunan dan Kesultanan Deli.
Keuntungan ekonomi mengerek pembangunan Medan yang sebelumnya kampung kecil berubah menjadi kota modern. Medan bagaikan disulap menjadi kota kolonial yang menarik berbagai etnik dan ras dari berbagai daerah dan negara yang mendatangi kota ini untuk ikut ambil bagian dalam gemuruh perkembangan kota.
Ikut ambil bagian dalam perkembangan industri perkebunan dan perkembangan kota sangat bergantung dengan kedudukan kelas sosial dalam bangunan masyarakat kolonial.
Kelas bawah adalah orang yang didatangkan dari Semenanjung Melayu, China, Jawa atau Bawean menjadi buruh penggerak utama ekonomi perkebunan.
Tenaga mereka dieksploitasi, upah kecil, gizi rendah dan jika melanggar peraturan diganjar hukuman berat yang acap melanggar hak asasi manusia. Namun karena di akhir abad kesembilanbelas belum ada kampanye pelanggaran hak asasi manusia dan hak buruh, pelanggaran di luar batas kemanusiaan itu dibiarkan begitu saja tanpa ada kendali dari siapapun. Sedangkan kelas atas adalah kulit putih pemilik industri perkebunan yang dari keuntungan ekonomi hasil tembakau yang terkenal dunia dengan sebutan tembakau Deli.
Kesultanan Deli bersama kesultanan dan kerajaan lainnya yang memfasilitasi tanah di jurudiksi kekuasaannya menjadi areal penanaman tembakau lewat konsesi atau penyewaan tanah selama puluhan tahun beroleh keuntungan ekonomi dan mendatangkan pendapatan baru bagi kerabat, keluarga dan warga kesultanan Deli. Pendapan baru inilah yang digunakan untuk mendanai Istana Maimoon. Material Istana Maimoon didatangkan dari luar tanah Hindia (Indonesia sekarang). Arsiteknya berkebangsaan asing Theodore Van Erp.
Benda-benda dan perabotan serta lampu penerangnya yang mengisi Istana Maimoon dibeli dari Eropa. Barang-barang berharga dan mahal memerindah interior istana. Berbarengan dengan kemegahan, keterpesonaan dan keindahannya ini semasa akhir abad kesembilan belas sampai sebelum kemerdekaan Istana Maimoon menjadi lambang kebesaran Kesultanan Deli. Sejalan dengan ini, aktivitas seni dan budaya bertumbuh dan menyebar ke seluruh wilayah kekuasaannya. Pancaran seni dan budaya bersinar dari istana menerangi aktivitas kebudayaan ke relung hati warganya. Pada periode inilah pasang naik kebudayaan Melayu di Sumatera Timur (Sumatera Utara sekarang).
Profesional
Kekuasaan kolonial yang menurunkan kemakmuran dan kesejahteraan tidak selamanya dapat dipertahankan. Sewaktu kekuasaan kolonial diruntuhkan Jepang, ekonomi kesultanan Sumatera Timur turut ambruk. Apalagi di masa Jepang pertentangan politik antara pergerakan dan kerajaan terus menaik sehingga memunculkan ketegangan politik.
Kemerdekaan Indonesia merupakan masa sulit bagi seluruh kesultanan. Ketegangan politik yang berlangsung di waktu sebelumnya makin melambung tinggi berujung dengan pecahnya revolusi sosial yang menggilas bangunan ekonomi, politik dan budaya kesultanan di Sumatera Timur.
Kekerasan politik dalam revolusi mengurangi malah menyumbat sumber daya ekonomi dan politik kesultanan dalam menegakkan kebesaran kesultanan termasuk menjaga cahaya Istana Maimoon sebagai orientasi kebudayaan Melayu. Memertahankan, merawat dan benderangnya istana sebagai representasi dari kesultanan Deli bukanlah mudah di tengah merosotnya sumber daya ekonomi politik.
Terutama lagi sesudah bergantinya satu pemerintahan ke pemerintahan lain semakin sukar menata kehidupan sosial budaya. Pemangku adat Kesultanan Deli karena tidak mempunyai sumber ekonomi dan politik dalam menggerakkan kantong-kantong seni dan budaya hanya bertahan menatap situasi yang berkembang pesat.
Istana Maimoon juga berhadapan dengan problem internal dengan makin membesar para kerabat bertempat tinggal di ruang bawah gedung berarsitektur Mughal ini. Kerabat dan keluarga yang bertempat tinggal di Istana Maimoon berdampak atas keindahan dan kemegahannya. Namun jika mereka dipindahkan ke luar dari istana memerlukan biaya besar yang tak mungkin dipanggul sendiri. Kabarnya pernah Pemko Medan ingin merenovasi Istana Maimoon tetapi lantaran terkendala dengan kerabat dan keluarga negoisasi renovasi menjadi alot.
Istana atau keraton selalu menyimpan peninggalan atau artefak pernah dipakai oleh sultan, kerabat dan keluarga. Peninggalan bersejarah ini menjadi tak ternilai harganya jika masih disimpan dan dijaga baik dari generasi ke generasi untuk mengetahui perkembangan kebudayaan masa lalu.
Sejak lama peninggalan atau benda bersejarah yang pernah digunakan sultan dan kerabatnya tidak ada tersimpan di Istana Maimoon. Tidak diketahui ke mana perginya semua peninggalan bersejarah itu. Publik hanya bisa melihat lampu gantung, kursi, meja dan sebagainya yang megah dan indah itu dari foto masa kolonial. Tersebab itu jika ke Istana Maimoon dan masuk ke ruang utamanya yang bertingkat tidak satu pun peninggalan bersejarah tersimpan. Ruang utamanya tampak kosong. Yang terlihat hanya beberapa foto-foto sultan di dinding ruang ruang utama.
Di tengah ruang kosong terlihat dua orang yang menjajakan busana Melayu disewa kepada pengunjung. Pengunjung yang berbusana Melayu berfoto di dua kursi memanjang ke atas. Itulah yang tergambar suasana Istana Maimoon kesehariannya.
Belum lama beredar di media sosial keadaan kekinian di Istana Maimoon. Berita di media sosial dan video menggambarkan ruang utama Istana Mimoon saat ini dipenuhi busana dagangan. Bermacam busana ada dalam ruang pamer istana. Situasi bagaikan pasar busana ini mendapat cibiran publik lantaran dianggap mendisrupsi dan merusak citra istana yang dibangun Sultan Makmun Al Rasyid sebagai lambang kebesaran dan kejayaan Kesultanan Deli ini.
Merawat dan memelihara istana yang eksotik ini memerlukan biaya. Sumber pemeliharaan sangat terbatas. Besar kemungkinan adanya gerai-gerai busana komersial ini mendatangkan sumber pendapatan untuk perawatan dan pemeliharaannya. Namun jika ini menjadi alasan utama mencari sumber pendapatan lain dengan membuka gerai-gerai komersial busana bukanlah pilihan tepat.
Alih-alih beroleh pendapatan, justru keberadaan gerai-gerai komersial busana mendapat cibiran dan kritik dari publik. Cibiran dan kritik atas kekinian Istana Maimoon memerlihatkan publik masih menginginkan bangunan bersejarah tetap memfungsikan sebagaimana mana keraton, istana, atau kastil di daerah dan negara menyimpan dan mengoleksi benda-benda masa lalu untuk menelusur dan membangkitkan kesadaran sejarah tentang perkembangan kebudayaan dan perjalanan bangsa.
Istana Maimoon mempunyai potensi dan peran strategis dalam pemajuan kebudayaan dan pengembangan pariwisata di Sumatera Utara. Jika dikelola profesional berbasis kesejarahan dan budaya lokal Istana Maimoon akan menjadi salah satu sentra penggerak kebudayaan. Hal ini akan mendatangkan lebih besar lagi wisatawan lokal dan mancanegara. Mengalirnya wisatawan akan bersamaan berbarengan dengan mengucurnya pendapatan ke istana Kesultanan Deli yang dapat menjadi sumber penghasilan untuk perawatan dan pemeliharaan istana ini di masa mendatang.
Penulis adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.