Manusia amat memerlukan prinsip-prinsip kebajikan dalam hidup, sehingga dapat memberi kedamaian bagi kerasnya kompetisi yang dihadapinya. Dengan demikian kehidupan yang dijalaninya akan dapat bermakna bagi dunia dan kemanusiaannya. Dengan cara inilah manusia mampu mempertahankan kemanusiaannya
Berbagai tindakan kekerasan terus menghiasi pemberitaan di media masa dan sekitar kita, seakan kebenaran menjadi lebih mencolok, karna setiap hari kekerasan di dunia kita semakin meningkat jumlahnya. Kekerasan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa kekerasan sebagai sebuah tindakan menghasilkan konsekuensi sekaligus merupakan konsekuensi dari suatu fenomena asalnya.
Kekerasan dalam berbagai bentuk merupakan bagian dari kekerasan terhadap manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Kekerasan juga telah menjadi bagian dari sejarah manusia (peperangan, penindasan, pelecehan, penganiayaan, pelabelan dan sebagainya). Berbagai bentuk kekerasan tersebut dapat memproduksi diri hingga melahirkan berbagai kebiasaan dan kewajaran, inilah alasan utama mengapa menjadi penting untuk memikirkan ulang tentang kebajikan.
Manusia cenderung pada segala bentuk kebaikan bagi dirinya, tetapi manusia sering gagal melihat kebaikan. Pada umumnya manusia bekerja keras untuk memperoleh kekayaan, reputasi tinggi, dan kekuasaan. Ketika manusia mencapai keinginan, ia akan mencari keinginan yang lain. Manusia tidak mengenal puas. Dengan memperturutkan hawa nafsunya, manusia cenderung berbuat jahat, untuk mengatasinya, manusia dituntut bersikap bijak, manusia harus memahami ide tentang yang baik.
Dengan begitu, orang dapat menjatuhkan pilihan yang tepat. Pengertian “baik” harus diterapkan pada hasil maksimal dari fungsi suatu objek. Misalnya, pisau dikatakan baik jika dapat memotong dengan sempurna. Pola ini dapat dianalogikan pada kehidupan manusia. Manusia dikatakan baik apabila ia mampu mengemban tugas untuk apa ia diciptakan. Manusia berbeda dengan hewan, karena manusia diciptakan sebagai makhluk rasional yang dianugrahi kemampuan daya pikir. Jadi, ukuran baik bagi manusia terletak pada kemampuan mendayagunakan daya pikirnya secara maksimal.
Kebajikan tertinggi merupakan hal yang sangat susah untuk direalisasikan oleh manusia sekalipun ia memiliki kemampuan dan kapasitas untuk itu. Kebajikan yang telah menjadi kebiasan menempati posisi puncak dari hidup manusia. Menurut sudut pandang filsafat ada dua macam kebajikan;
Pertama, kebajikan moral, yaitu sarana untuk memperoleh nilai-nilai lain; Kedua, kebajikan intelektual (kebajikan yang berakhir pada diri sendiri), dalam arti kebaikannya akan tetap melekat sekalipun tidak terpakai lagi. Kedua macam kebajikan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut; mawas diri yaitu sikap mengendalikan diri dan menghindarkan diri dari perbuatan hina, adalah kebajikan moral karena kebaikan itu berfungsi sebagai pencapaian tujuan lain, yaitu kesehatan jasmani dan rohani. Sedangankan pengetahuan dan apresiasi terhadap keindahan adalah kebajikan intelektual sebab mengan-dung kebaikan pada dirinya.
Terdapat empat konsep kebaikan yang dapat diterapkan untuk menjaga nilai-nilai kebajikan dalam hidup, baik sebagai individu maupun masyarakat. Keempat kebaikan itu ditentukan oleh tiga daya alami yang dimiliki manusia, yaitu; rational (rationali), emosi (the spirieted or emotional), dan hawa nafsu (appetitive). Rasional berpusat di kepala, emosi pusatnya di dada, sementara hawa nafsu pusatnya di perut.
Keempat kebaikan yang dimaksud ialah; pertama, mawas diri, yaitu menjaga harkat dirinya dari perbuatan rendah. Sikap ini timbul dari kemampuan menyeimbangkan rasio dengan unsur hewani (keinginan hawa nafsu). Kedua, keberanian, sikap ini timbul dari unsur emosi. Sikap berani sangat penting bagi manusia, karena ia berperan sebagai pembangkit semangat dalam melakukan aktivitasnya.
Namun, seperti halnya nafsu juga emosi, meskipun penting keberadaannya bagi eksistensi manusia, tetapi ia mesti di pandu oleh rasio agar tidak melampaui wewenangnya dengan merampas fungsi unsur lainnya. Ketiga. Kebijaksanaan, (wisdom, hikmah) sikap ini timbul dari unsur rasio. Rasio harus mampu mengontrol dua unsur lainnya. Karena itu, rasio bertugas mencari pengetahuan tentang yang baik.
Tugas ini meliputi pemahaman terhadap manusia dan hubungannya dengan alam. Jika rasio berhasil menjalankan fungsinya, manusia mampu memilih keputusan-keputusan yang tepat. Keempat, keadilan, sikap ini timbul dari kemampuan menggabungkan ketiga unsur sekaligus. Keadilan merupakan bentuk kebaikan sosial yang harus dipedomani oleh setiap individu dan anggota masyarakat.
Kesalahan dalam memadukan ketiga daya alami yang dimiliki oleh manusia tersebut di atas, akan menyebabkan manusia tersesat dan terbuang ke pinggir fitrahnya. Dan pada saat itu manusia akan kehilangan kesadaran. Berpisahnya manusia dari aspek fitrahnya menjadikan ia bergerak meninggalkan kebaikan dan bahkan meninggalkan Allah dan dirinya sendiri. Dalam keadaan ini manusia mulai melupakan asal-usulnya untuk apa ia diciptakan.
Menurut sifatnya, manusia memiliki kecenderungan sifat bawaan, kecenderungan bawaan ini biasanya pada sikap moral dan religiusitas. Fondasi utama hati manusia adalah fitrah yang Allah menciptakan manusia di atasnya. Keselamatannya ditentukan oleh kesetiaannya pada fitrah itu. setiap orang lahir sebagai manusia.
Karena itu setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi baik dan untuk menjadi buruk, dan orang yang amat buruk sekalipun jika ia mau meninggalkan kebiasaan buruknya maka ia berhak menjadi orang baik. Prinsip ini dapat dijadikan oleh manusia sebagai dasar untuk memenej kehidupannya agar dapat diselenggarakan sesusi tujuan penciptannya.
Rasio (akal) adalah daya ruhani manusia untuk memahami kebenaran, baik yang bersifat mutlak maupun yang relatif. Rasio (akal) adalah anugerah Tuhan kepada manusia. Karenanya digunakan agar manusia tidak kehilangan kemanusiaannya. Apalagi Allah SWT berulangkali menyebutkan agar rasio (akal) terus menerus digunakan secara maksimal.
Akal yang tidak digunakan menyebabkan manusia jatuh pada kekuasaan hawa nafsunya, dan karenanya kejatuhan manusia itu sendiri. Akal yang tidak berfungsi akan menjadikan qalbu manusia tertutup, sehingga manusia kehilangan kemampuan untuk memahami kebenaran sejati. Akal adalah persyaratan bagi perkembangan kebudayaan dan peradaban.
Kehidupan yang ideal ialah kehidupan yang mengantarkan manusia menjadi bijak, berani, mawas diri, dan adil. Kebaikan tertinggi dalam kehidupan ini ialah mengharmonikan antara yang ideal dengan kenyataan, yakni mewujudkan keadilan, keberanian, kebaikan, dan kebijaksanaan melalui petunjuk rasio. Dari serangkaian pembahasan yang tertuang dalam kajian ini, maka tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan.
Kebahagiaan merupakan tujuan akhir, bukan sebagai alat untuk mencapai yang lainnya. Kebahagiaan dapat diperoleh melalui berbagai cara. Namun demikian, tidak semua kebahagiaan dinamakan sesuatu kebaikan. Karena itu, mencari “hidup bermakna” meliputi sarana dan cara-cara memperoleh kebahagiaan.
Sebagai kesimpulan, Begitulah manusia amat memerlukan prinsip-prinsip kebajikan dalam hidup, sehingga dapat memberi kedamaian bagi kerasnya kompetisi yang dihadapinya. Dengan demikian kehidupan yang dijalaninya akan dapat bermakna bagi dunia dan kemanusiaannya. Dengan cara inilah manusia mampu mempertahankan kemanusiaannya. Dimana manusia harus mendeklarasikan perdamaian dengan tatanan alam semesta serta memelihara penghormatan terhadap realitas supra manusia yang merupakan sumber dari apa yang disebut dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Penulis 1 adalah, PNS, Dosen STAIN Mandailing Natal (Kordinator Bidang Pengembangan Standar Mutu, P2M); Penulis 2 adalah PNS, Dosen STAIN Mandailing Natal (Kordinator Pengembangan Mahasiswa, P2M).
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.