Penyebab Banjir, Sedimentasi Muara Kuala Penaga Dan Kuala Genting Harus Dikeruk

- Aceh
  • Bagikan
Penyebab Banjir, Sedimentasi Muara Kuala Penaga Dan Kuala Genting Harus Dikeruk
Tim bersama kepedulian untuk penyelamatan Sungai Tamiang dan kepedulian banjir yang sering di alami masyarakat Aceh Tamiang saat melakukan surve Muara Kuala Penaga dan Muara Kuala Genting, Kecamatan Bendahara.(Waspada /Yusri)

KUALASIMPANG (Waspada): Direktur Eksekutif Lembaga Bina Arsektur Madani (Le’BAM) Zulkanain ST, menyampaikan, sungai Aceh Tamiang merupakan bentangan sungai yang memanjang dari hulu ke hilir yaitu berakhir di muara Kuala Penaga dan Muara Kuala Genting Kecamatan Bendahara.

Di mana muara Kuala Penaga dan Muara Kuala Genting, Kecamatan Bendahara tersebut berhadapan langsung dengan laut lepas. Seharusnya dengan dilatarbelakangi Sungai Tamiang yang bermuara di Kuala Penaga dan Muara Kuala Genting, notabane laut lepas, maka dapat dipastikan ketika terjadi gunyuran hujan di daerah hulu maka tidak akan terjadi endapan air yang tergenang dan merendam permukiman warga.

Posisi ini terjadi karena Wilayah Sungai (WS) Tamiang dalam kondisi ‘kritis’. DAS Tamiang sudah sangat dangkal akibat sedimentasi dan sedimentasi itu juga terjadi di Muara Kuala Penaga dan Muara Kuala Genting Kecamatan Bendahara.

“Akibat ini Aceh Tamiang akan terus mengalami banjir setiap hujan deras di hulu dikarenakan air tertahan atau tidak mengalir,” kata Zulkarnain yang akrab disapa Zul Lebam kepada Waspada Senin (27/2) di kantornya.

Dirinya menyebutkan, dalam hal ini ada sedimentasi akuatis atau sedimentasi air sungai dan sedimentasi marine atau sedimentasi air laut yang diperkuat dengan sedimentasi aeolis atau sedimentasi angin.

Dijelaskannya, sedimentasi akuatis atau sedimentasi air sungai adalah pengendapan yang disebabkan material yang terbawa oleh air. Proses pengendapan akuatis mengandalkan kekuatan aliran air yaitu ketika aliran kuat, maka material akan terbawa dan jika aliran melemah maka material akan mengendap. Pengendapan jenis ini umumnya terjadi pada aliran-aliran sungai yang mengalami pelemahan arus, misalnya membentuk dataran banjir dan alluvial fan.

Sedimentasi marine atau sedimentasi air laut adalah pengendapan yang disebabkan material yang terbawa oleh arus atau gelombang laut, pengendapan jenis ini juga dapat disebabkan oleh pasang surut air laut, contohnya adalah tumpukan karang dan tombolo. Sedimentasi aeolis atau sedimentasi angin adalah pengendapan yang disebabkan material yang terbawa oleh hembusan angin dan hasil dari endapan jenis ini adalah gumuk pasir atau bukit pasir yang dapat ditemukan di gurun atau pantai.

Diketahui bersama Sungai Tamiang merupakan satu-satunya arus muara dari hulu menuju hilir Tamiang yang berakhir ke laut lepas, sedimentasi yang terjadi juga mempengaruhi pola pasang surut air laut. Ada tiga Sedimentasi yang terjadi, dan ini mempengaruhi arus air ketika terjadi hujan di Hulu serta sedimentasi juga mempengaruhi pola pasang surut air laut.

Selain itu, Zulkarnain menyampaikan hal ini yang juga bagian dari tim bersama kepedulian yang dilakukan untuk penyelamatan Sungai Tamiang dan kepedulian banjir yang sering dialami masyarakat Aceh Tamiang.

Disebutkannya juga, adapun tim bersama itu terdiri dari Lembaga Bina Arsektur Madani (Le’BAM), Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembAHtari) Forum Corporate Social Responsibility (FCSR), Yayasan Satu Cinta Lestari Indonesia (YSCLI) serta perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Aceh Tamiang (STAIT-AT), BPBD Aceh Tamiang melalui Kabid Rehab Rekon BPBD serta Disparpora Aceh Tamiang melalui Kabid Pariwisata.

Diuraikannya, sedimentasi itu terjadi semenjak banjir tahun 2006, pihaknya juga sudah lakukan pengamatan semenjak banjir tahun 2009, ini harus segera dilakukan pengerukan. “Kalau tidak dilakukan maka kerugian masyarakat akan terus dialami setiap hujan deras di Hulu Tamiang,” tegas Zul Lebam.

Zulkarnain memaparkan tahap pertama yang harus dilakukan adalah pengerukan Muara Kuala Penaga dan Muara Kuala Genting, ini yang menghambat arus air baik pasang surut maupun luapan sungai Tamiang.

Menurut analisa Tim Bersama saat berada di lokasi, untuk Muara Kuala Genting ada Sedimentasi seluas 3.500 x 1.250 meter dan Muara Kuala Penaga ada Sedimentasi 2.250 x 750 meter. “Pengerukan harus dilakukan di dua lokasi ini dengan kedalaman harus mencapai 10 – 12 meter, ini harus dilakukan,” tegas Zul Lebam.

Sementara itu, Direktur Eksekuif Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembAHtari), Sayed Zainal juga menyampaikan bahwa kondisi Wilayah Sungai (WS) untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Tamiang kondisinya sangat kritis dan perlu dilakukan penulihan.

“Kondisi kritis ini tentu mempergaruhi arus air ketika terjadi luapan, sungai Tamiang terjadi sedimentasi dan perlu dilakukan pengerukan,” ulasnya.

Lanjutnya, dengan mengawali pengerukan Muara Kuala Penaga dan Muara Kuala Genting, Kecamatan Bendahara merupakan langkah yang tepat agar arus luapan sungai tamiang menjadi lancar.

“Sungai kita tertutup di dua muara tersebut, jadi harus dilakukan pengerukan di muara, ketika dilakukan pengerukan di muara maka dengan sendirinya air sungai Tamiang akan lancar dan mengurangi beban sendimentasi,” pungkasnya.(b15)




Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Penyebab Banjir, Sedimentasi Muara Kuala Penaga Dan Kuala Genting Harus Dikeruk

Penyebab Banjir, Sedimentasi Muara Kuala Penaga Dan Kuala Genting Harus Dikeruk

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *