In Memoriam Amru Daulay

  • Bagikan
<strong>In Memoriam Amru Daulay</strong>

Kini lebih 20 tahun Amru Daulay mengakhiri kepemimpinannya di Madina, hari Sabtu, 28 Januari 2023 lalu, Amru Daulay pergi meninggalkan kita semua. Saya sudah lama tak lagi bisa berdiskusi dengan Beliau. Saya tidak tahu apakah Beliau masih galau atau puas dengan para penerusnya…

Bahan tulisan ini diambil dari tulisan saya di Waspada, tanggal 7 Oktober 2009 dengan judul, “Mencari Sosok Pemimpin Madina Berikutnya” yang isinya saat itu sebetulnya adalah kegalauan hati Amru Daulay tentang sosok bupati yang akan meneruskannya sesudah berakhir masa jabatannya. Amru Daulay khawatir akan tidak berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Madina dari apa yang sudah dilaksanakannya saat itu. Artikel ini saya tulis ulang dari tulisan tersebut untuk mengenang Amru Daulay yang berpulang Sabtu, 28 Januari 2023 lalu.

Tulisan ini dimaksudkan mengenang pemikiran dan hal-hal yang telah diperbuatnya di Kabupaten Mandailingnatal (Madina) sebagai bupati pertama dan paling lama menjabat di Madina, sejak Maret 1998 sampai 2010. Sebagai orang yang merintis, membuat dasar, dan membangun fondasi pembangunan Kabupaten Madina, wajar saja memang jika saat itu Amru Daulay galau sekaligus berharap agar bupati berikutnya adalah sosok yang bisa melanjutkan apa yang telah dirintisnya, apa yang telah diletakkan fondasinya, dan apa yang telah dihasilkannya. 

Saya tentu sependapat dengan Amru Daulay, program pembangunan mesti berberkelanjutan, meskipun pimpinan diganti, mestinya program dan hasil apa yang telah dicapai pimpinan sebelumnya haruslah dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan landasan berpikir oleh pimpinan berikutnya. Kekhawatiran Amru Daulay terhadap tidak berkelanjutannya pembangunan di Mandailing, saya kira tidak hanya terkait kepentingannya yang seolah akan menghilangkan hasil karyanya, tetapi menyangkut kepentingan yang lebih luas, yaitu kepentingan rakyat dan masyarakat Madina secara keseluruhan, yaitu terhambatnya pembangunan yang sudah dan sedang berlangsung saat itu.

Amru Daulay saat itu bermimpi agar pemimpin yang akan meneruskan kepemimpinannya adalah orang yang dikenal oleh beliau, mengenal beliau, dan tahu betul apa serta bagaimana beliau selama ini menjalankan pemerintahan dan pembangunan Madina. Tentu saja apa yang beliau impikan tidak pasti terwujud karena berdasarkan peraturan dan hukum yang berlaku, bupati tentunya tidak memiliki hak untuk memilih dan menentukan siapa yang menjadi penggantinya. Amru Daulay saat itu hanya bisa harap-harap cemas menanti siapa kelak yang menjadi penerusnya.

Terlepas dari apa yang dirasakan oleh seorang Amru Daulay, memang apa yang telah dirintis dan dilakukan oleh beliau tidak bisa diabaikan dan terlalu besar untuk dikesampingkan. Selama duabelas tahun beliau memimpin Madina, banyak sekali ide, gagasan, program, dan hasil pembangunan riel yang beliau harapkan bisa dilanjutkan. Dari sejumlah program saat itu, ada dua hal yang menurut saya sangat mendasar dan sejalan dengan budaya dan karakter masyarakat Madina, yaitu pendidikan dan agama. Sejak jaman dahulu, ada dua perintah yang umum disampaikan oleh orang tua terhadap anaknya di Madina, yaitu “kehe tu sikola” dan “kehe mangaji” yang mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan dan agama bagi masyarakat Madina dan dua hal tersebut menjadi perhatian penting bagi seorang Amru Daulay.

Khusus masalah pendidikan menjadi penting juga bagi saya, karena persoalan pendidikanlah yang mempertemukan dan belakangan menjadikan saya dekat dengan Amru Daulay. Saya merasakan bahwa kedekatan saya dengan Amru Daulay dimulai dari penyerahan pengelolaan kelas unggulan yang kami kelola melalui Badan Musyawarah Cendekiawan Madina (BMCMN) kepada Pemkab Madina. Penyerahan ini dilakukan karena kelas unggulan yang kami rintis dan kelola, tidak sanggung lagi kami lanjutkan karena ketidakmampuan pembiayaannya dan sempat vakum selama hampir tiga tahun akibat saya saat itu harus bolak-balik ke Malaysia menyelesaikan program doktor saya.

Saya meminta kepada Amru Daulay mengambilalih pengelolaannya yang belakangan kelas unggulan tersebut diubah menjadi SMA Negeri Plus Madina dan kemudian berganti nama menjadi SMA Negeri 2 Plus Panyabungan. Saat itu, Amru Daulay bersedia menerimanya dengan syarat saya yang mengelola dan sesudah diubah menjadi sekolah, saya harus menjadi kepala sekolahnya. Saya tentu saja menolaknya karena saya adalah dosen yang memiliki banyak aktivitas juga di Medan meskipun sudah tidak menjadi rektor lagi. Namun jika saya menolaknya, Beliau mengatakan akan membatalkan untuk menerima kelas unggulan tersebut. Sebuah dilema bagi saya, yang akhirnya dicapai kesepakatan saya jadi kepala sekolah tapi tanpa harus meninggalkan tugas saya di Medan, sehingga saya yang harus bolak balik Medan-Panyabungan.  Terkait pendanaan sekolah yang semua siswanya diasramakan dan gratis, saya tahu persis bagaimana upaya dan perjuangan Amru Daulay mendapatkan dana untuk biaya operasional dan upaya penyediaan gedung dan sarana yang dibutuhkan. Saya juga tahu persis bagaimana usaha seorang Amru Daulay berhadapan dengan sebagian anggota DPRD dan masyarakat yang tidak setuju dan selalu berkomentar miring terhadap SMA Plus tersebut.

Sesudah SMA Plus tersebut berjalan, Amru Daulay sebetulnya punya rencana mendirikan SLTP unggulan dan SD unggulan. Dengan pendirian sekolah unggulan tersebut diharapkan selain untuk jangka panjang sebagai uji coba untuk diterapkan secara bertahap kepada sekolah lainnya, untuk jangka pendek diharapkan akan dapat memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik kepada para siswa yang mempunyai bakat, kemampuan, kemauan, dan kesungguhan dalam menuntut ilmu. Berdirinya sekolah unggulan tersebut akan memicu dan memacu persaingan yang sehat dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan pendidikan di Madina. Pembukaan sekolah-sekolah unggulan tersebut dimaksudkan juga untuk menjadikannya sebagai benchmarking bagi sekolah lainnya di Madina yang diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Namun rupanya sampai Beliau berhenti menjadi bupati, hanya SMA Plus yang dapat terealisasi, sementara SLTP Plus dan SD Plus sampai sekarang belum terwujud keinginan Beliau tersebut.

Impian Amru Daulay lainnya saat itu adalah melahirkan juara olimpiade di Madina yang saat itu sudah beliau mulai merintisnya dengan menjalin kerjasama dengan Tim Olimpiade Nasional. Kerjasama ini saat itu dimaksudkan juga untuk meningkatkan semangat, gairah, motivasi, dan minat pelajar di Madina dalam pengembangan sains dan teknologi, sekaligus sebagai kampanye yang efektif kepada orang tua murid untuk mendukung anak-anaknya menekuni dunia ilmu pengetahuan.

Sementara untuk perndirian perguruan tinggi, Amru Daulay pernah menugaskan saya untuk menjajaki pembukaannya, namun karena besarnya biaya yang dibutuhkan, gagasan bagus ini terpaksa terhenti yang boleh jadi mungkin dibenak beliau gagasan ini bisa diwujudkan oleh penerusnya. Sebetulnya gagasan perguruan tinggi yang Amru Daulay inginkan bukanlah seperti beberapa PTS yang didirikan di beberapa daerah pada umumnya yang dijadikan sekedar mensarjanakan para karyawan di wilayahnya yang belum sarjana. Amru Daulay menginginkan PTS yang akan menjadi pusat pelayanan pendidikan tinggi di wilayah Sumut Bagian Selatan yang mampu memberikan layanan pendidikan bermutu sekaligus untuk menyediakan sumber daya manusia dan melakukan kajian untuk pengembangan wilayah ini sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang ada. Memang seperti kita ketahui sekarang sudah berdiri STAIN di Madina, tapi keberadaannya belum memenuhi apa yang Amru Daulay inginkan saat itu, memberikan layanan pendidikan bermutu sekaligus menyediakan sumber daya manusia dan melakukan kajian pengembangan wilayah ini sesuai potensi sumberdaya alam yang ada.

Hal lain yang sering menjadi pemikiran Amru Daulay di bidang pendidikan adalah meningkatkan akses anak-anak Madina masuk ke perguruan tinggi berkualitas, baik terkait kompetensi lulusan maupun pembiayaan. Untuk kompetensi lulusan, tentunya otomatis teratasi peningkatan proses pembelajaran, namun untuk pembiayaan, dianggap menjadi kendala utama bagi sebagian besar masyarakat Madina. Beliau berkali-kali mengatakan kepada saya agar ada yayasan menghimpun dana dan membiayai anak-anak Madina berprestasi tetapi tidak mampu secara ekonomi. Beliau sangat berharap kepedulian dan peran serta kawan-kawan di perantauan terutama para cendikiawan dan akademisi yang berasal dari Madina. Amru Daulay berharap ada yang diberikan untuk pendidikan Madina, baik gagasan, fasilitas, pemikiran, materi, maupun tindakan riil.  

Kepedulian Amru Daulay terhadap pendidikan juga terkait program Pemkab Madina dalam penuntasan wajib belajar dan pemberantasan buta huruf yang ditandai penghargaan yang Beliau terima berupa Anugerah Aksara dalam rangka Hari Aksara Nasional 2006.  Keseriusan Amru Daulay terhadap pendidikan terlihat juga dari upaya membangun kompleks pendidikan yang mungkin dimaksudkan sebagai simbol pentingnya pendidikan bagi masyarakat Madina, membuat lebih fokus penanganan bidang pendidikan, dan memudahkan pengadaan fasilitas pendidikan serta penunjang pendidikan yang bisa digunakan bersama.

Sementara perhatian Amru Daulay terhadap agama antara lain ditunjukkan dengan kedekatannya dengan ulama dan pesantren, keluarnya Perda tentang kewajiban memakai busana Muslimah dan kewajiban bisa membaca Al Qur’an, pembinaan terhadap para hafiz dan hafizah, bantuan naik haji untuk para ulama, pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Madina (STAIM), dan pembangunan masjid agung. Masjid agung selesai sebelum berakhirnya masa kepemimpinan Amru Daulay, dimaksudkan selain tempat beribadah masyarakat, juga diharapkan menjadi pusat kegiatan dan pengkajian keislaman serta menjadi simbol dan pertanda bahwa masyarakat Madina adalah masyarakat Islami. Begitu juga pendirian STAIM yang sekarang sudah menjadi STAIN sesudah “dinegerikan”, diharapkan akan muncul sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang akan memberi kontribusi mempertahankan Madina sebagai daerah sangat kental keislaman dan keagamaan termasuk dalam kehidupan sehari-hari.

Terlihat sekali Amru Daulay telah membangun fondasi pembangunan pendidikan dan keagamaan baik berupa simbol, bangunan fisik, peraturan, maupun fondasi substansial yang tentu sangat ingin hal tersebut dilanjutkan penerusnya berupa program konkrit. Amru Daulay khawatir kelanjutan sekolah yang Beliau rintis, cemas apakah masjid agung yang dibangun dengan biaya besar yang susah payah didapatkan, bisa berperan sebagaimana diharapkan. Beliau resah apakah mungkin ditingkatkan akses ke perguruan tinggi bagi anak-anak Madina, bagaimana keberlanjutan dan implementasi tentang perda syariat Islam yang sudah ada.

Sebetulnya program yang mendasar yang perlu ditindaklanjuti bupati berikutnya bukan hanya persoalan pendidikan dan keagamaan, masih ada lagi beberapa yang signifikan yang perlu dilanjutkan seperti pencetakan sawah baru, Taman Nasional Batang Gadis yang merupakan satu-satunya taman nasional yang dirancang oleh pemerintah kabupaten, program koperasi untuk kebun rakyat, dan lain-lainnya. Saya tahu semuanya menambah kegalauan seorang Amru bagaimana keberlanjutan program yang telah dimulai dan dirintis tersebut.

Kini sesudah lebih 20 tahun Amru Daulay mengakhiri kepemimpinannya di Madina, hari Sabtu, 28 Januari 2023 lalu, Amru Daulay pergi meninggalkan kita semua. Saya sudah lama tak lagi bisa berdiskusi dengan Beliau. Saya tidak tahu apakah Beliau masih galau atau puas dengan para penerusnya, saya tidak tahu pasti. Masyarakat dan rakyat di Madina serta orang yang peduli dengan Madinalah yang bisa menilainya. Semoga hal bagus yang dirintis, tidak berhenti dan bisa berlanjut kembali. “Selamat jalan Amru Daulay, jasamu akan selalu dikenang”.

Penulis adalah Ketua Program Doktor Ilmu Pertanian UMA, Rektor Institut Bisnis IT&B, Perintis Pendirian SMA Negeri 2 Plus Panyabungan.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

<strong>In Memoriam Amru Daulay</strong>

<strong>In Memoriam Amru Daulay</strong>

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *