MEDAN (Waspada): Pengasuh Pondok Madrasah Al-Qur’an Fadhlul Qurro’ yang juga Qori Internasional Fadhlan Zainuddin, Senin (30/1) mengingatkan semua pihak agar dalam melaksanakan Musyabaqah Tilawatil Quran(MTQ) mengembalikan Ruh Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) di setiap wilayah kerja.
Kata Fadlan Zainuddin, salah satu tujuan utama dibentuknya LPTQ secara nasional pada tahun 1968 adalah untuk menggerakkan pembinaan Alquran ke seluruh pelosok dan penjuru negeri Indonesia.
Untuk menyatukan langkah pembinaan Alquran secara nasional maka LPTQ dibentuk secara terstruktur dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga ke desa/kelurahan.
Hasil pembinaan yang berjalan secara menyeluruh dan terstruktur, dievaluasi dengan diadakannya MTQ yang juga terselenggara secara terstruktur dari desa/kelurahan, kecamatan, Kabupaten/kota,provinsi hingga nasional.
“Maka, produk juara MTQ adalah benar-benar berakar dari binaan LPTQ daerah dimana sang juara berada.Termasuk saya (Fadhlan Zainuddin) yang merupakan produk 1980 an dari LPTQ Kecamatan Medan Del, Kota Medan yang meraih juara nasional dari kanak-kanak remaja hingga dewasa serta internasional,”ucapnya.
Ditambahkannya, namun perjalanan indah pembinaan LPTQ dan pelaksanaan MTQ yang penuh sportifitas ini hanya berlangsung 2 atau 3 dasawarsa dari kelahirannya.
Di mana Era tahun 2000-an khittah LPTQ 1968 nyaris hilang bahkan sudah tidak terlihat sama sekali.Perjalanan per-MTQ-an khususnya di Kota Medan hanya berorientasi dengan uang dan iming-iming prestise dan prestasi belaka.
“Tidak ada lagi pembinaan yang terstruktur di desa/kelurahan dan kecamatan. Peserta MTQ didapati dari hasil pesanan kepada agen-agen yang mencari peserta kesana kemari dengan imbalan rupiah yang bervariasi. Untuk meraih juara umum tentu dengan kocek fulus yang tidak sedikit atas kesepakatan agen dengan pihak yang memesan dan menargetkan kejuaraan,”sebutnya.
Dia memprediksi agen-agen ini bisa menyebar dikalangan oknum LPTQ dan dewan juri MTQ itu sendiri. “Salah seorang guru Alquran di satu kecamatan di kota Medan melaporkan bahwa muridnya tidak dapat mengikuti MTQ di kecamatannya sendiri disebabkan bahwa pihak agen sudah menentukan peserta terpilih yang didapatkan dari ekpedisi calon peserta yang bisa juara.
“Ini jadi penyebab hilangnya ruh dakwah dan inti Mars MTQ “baldatun Thoyyibatun warabbun ghofur”. Yang mungkin mengundang murka Allah dengan banyaknya kesulitan2 yang dihadapi di negeri ini,”ungkapnya.
Mengutip apa yang pernah disampaikan oleh ulama besar Al-Qur’an Kota Medan Syeikh Azra’i Abdur Rauf (1918-1993) “Kelak MTQ merupakan sebuah permainan”.
Di era Presiden Abdur Rahman Wahid (Gusdur), beliau sempat menyatakan untuk tidak melaksanakan MTQ via LPTQ lagi karena melihat betapa permainan itu terjadi.
“Untuk mengambil iktibar dan benang emas, semoga LPTQ khususnya LPTQ Kota Medan dapat kembali ke khittah 1968.Tata kembali pembinaan yang terstruktur dan evaluasi dengan MTQ yang sportip,”pungkasnya. (m22)