Bung Hatta Ke Rotterdam – Paris

  • Bagikan
<strong>Bung Hatta Ke Rotterdam - Paris</strong>

Kedatangan Bung Hatta di Sekolah Tinggi Rotterdam pelan tapi pasti mengubah trayek aktivitas organisasi ini dari kegiatan sosial menuju membincang situasi kolonialisme dan imperialisme di negeri jajahan

Udara dingin menghujam mendekati senja di Rotterdam Belanda . Tiba di stasiun kereta api Rotterdam Centraal pindah kendaraan lain (trem) menuju halte lain. Turun di halte masih berlanjut pindah ke kendaraan bus.

Sepuluh menit lamanya menunggu bus menuju halte yang berdekatan dengan Erasmus Rotterdam University (ERU) Rotterdam Belanda. Setiba di ERU angin kencang dingin tak mereda malah mendesir kuat menemani memasuki halaman kampus universitas ini.

Di senja itu lampu-lampu warna warni menerangi gedung-gedung yang memancar di kompleks kampus tua itu. Di gedung utama yang menjulang tinggi terlihat jelas tulisan berwarna Erasmus Rotterdam University. Di senja itu suasana kampus sepi, tidak ada aktivitas apapun. Yang terlihat hanya beberapa sepeda terkunci parkir di halaman utama kampus.

Kampus ERU cukup luas, bersih dan tertata rapi. Dari gedung-gedung berpencar itu di sebuah gedung bertingkat di ERU terdapat gedung bernama Hatta.

Hubungan antara ERU dan Hatta sangat dekat sekali. Mohammad Hatta atau Bung Hatta adalah mahasiswa Hindia Belanda (Indonesia sekarang) dari Bukittingi yang melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi Ekonomi Rotterdam Belanda tahun 1921.

Sebelumnya Bung Hatta sekolah di Batavia (Jakarta sekarang) dan berkecimpung serta pengurus dalam organisasi pergerakan Jong Sumatra Bond (JSB). Selain ini masih ada organisasi pergerakan lain yang menyuarakan kemerdekaan bangsa, tetapi Bung Hatta tertarik dengsn JSB ysng anggotanya terdiri dari pemuda Sumatra. Selama di Batavia itu Bung Hatta banyak meyerap pengalaman berorganisasi di masa itu dengan Abdul Muis pemimpin Syarekat Islam Kesadaran berbangsanya menjulang tinggj, apalagi ketika bersekolah dasar Bung Hatta menyaksikan pamannya ditangkap kekuasaan Belanda di Bukittinggi.

Menyaksikan ini bukannya menurunkan rasa kebangsaannya melainkan meluapkan cinta bangsanya untuk mengusir pelaku yang menangkap pamannya. Tersebab itu, sewaktu melanjutkan studinya di Batavia Bung Hatta aktif dalam organisasi pergerakan. Saat meneruskan studi di Batavia ia tetap bergabung dengan JSB.

Dalam menentukan pilihan studi lanjutan tidak ada yang memengaruhinya. Tetapi saran kuliah di Belanda lebih berat dari keluarga ayah, terutama pamannya yang pedagang besar di Batavia. Pamannya inilah yang dmselalu membelikan buku berkualitas dan berisi kepada Bung Hatta. Di Batavia inilah ia membaca buku sosialisme yang nantinya memudahkan mendalami sosialisme.

Tahun 1921 Bung Hatta dari Batavia tiba di Rotterdam. Di kota ini ia mengambil studi ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi.

Semasa studinya selain kuliah ia tetap melanjutkan berorganisasi menentang kolonialisme dan imperialisme. Sewaktu kuliah ia bersua Nazir Pamoentjak mahasiswa Minang yang mengajaknya bergabung dalam JSB di Padang. Di Rotterdam seniornya ini kembali menyarankan Bung Hatta memasuki Indische Vereeniging, sebuah organisasi sosial mahasiswa anak negeri Hindia Belanda di negeri penjajah, Netherlands – Belanda.

Mulanya organisasi ini hanya untuk berkumpul rasa kangen mahasiswa anak negeri, berdansa dan berbagi informasi sosial. Indische Vereeniging juga membangun relasi dengan petinggi kolonial malah beroleh dana dari komunitas Belanda untuk tujuan sosial.

Kedatangan Bung Hatta di Sekolah Tinggi Rotterdam pelan tapi pasti mengubah trayek aktivitas organisasi ini dari kegiatan sosial menuju membincang situasi kolonialisme dan imperialisme di negeri jajahan.

Bung Hatta mulai mengubah nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereniging. Indische dan Indonesiche jelas berbeda secara politik. Indonesiche lebih pada pengenalan tentang Indonesia dan aktivitasnyapun ikut bergerak berubah tidak lagi semata sosial dan kangen-kangenan di negeri penjajah melainkan menginisiasi pengguliran menyoal bangsa terjajah. Apalagi bacaan dan pemikiran mahasiswa berkacamata minus ini terpengaruh sosialisme menyebabkan dirinya lebih dekat dengan keterbelakangan dan perbedaan masyarakat terjajah dan negeri penjajah. Di masa Indonesische Veteniging diterbitkan organ berkala organisasi Poetra Hindia yang semua tulisan-tulisannya dari anggotanya berbahasa Belanda berisi situasi politik sosial di tanah jahahan.

Sewaktu berlangsung pergantian kepengurusan organisasi pada 1920an Bung Hatta tetpilih sebagai ketua. Ketika terpilih ia mengubah organisasi ini bernama Perhimpoenan Indonesia (PI). Berbarengan dengsn ini organ organisasi yang sebelumnya bernama Poetra Hindia diubah menjadi Indonesia Merdeka.

Perubahan nama organ organisasi dan nama organisasi mengindikasikan penguatan atas nama Indonesia dan PI ingin memerdekakan bangsa terjajah nenjadi negara berdaulat Indonesia. Namun jalan trayek ke arah itu masih jauh dan masih terlihat samar.

Dari Rotterdam Bung Hatta bersama kawan-kawan PI menyerang kekuasaan kolonial dengan mengintegrasikankannya ke dalam gerakan anti kolonial, anti imperial dan anti imperialisme.

Gerakan

Untuk memercepat pendidikan politik dan menebarkan pemikiran PI, Bung Hatta dan kawan-kawan menuliskan gagasan kemerdekaan, anti kolonial dan kritik kekuasaan di Indonesia Merdeka yang terbit di Belanda. Pemikiran kebangsaan dan anti kolonial yang dimuat di Indonesia Merdeka disebarkan secara sembunyi-sembunyi ke negeri jajahan menjadi bacaan kaum pergerakan.

Untuk beroleh dukungan pergerakan internasional (dunia) dari Rotterdam -Belanda Bung Hatta dan pengurus Pehimpoenan Indonesia membangun jejaring dengan gerakan sosialis, anti kolonial dan anti imperialisme dunia di tataran internasional.

Bung Hatta selalu mengadakan pertemuan dengan gerakan anti kolonial dari belahan negara-negara yang mengalami kolonisasi. Internasionalisasi pergerakan Bung Hatta melawan kolonisasi dan memoerjyangkan kemerfekaan bangsa merupakan bagian dari gerakan global. Pada perempat abad ke dua puluh gerakan anti kolonial dan anti imperialisme yang diinisiasi sosialisme dan komunisme interbasional memengaruhi gerakan anti kolonial.

Bung Hatta tidak saja melakukan pertemuan dengan berbagai kelompok gerakan sosialusme internasional, juga mengutus seorang pengurus Perhimpoenan Indonesia, Arnold Mononutu, untuk memerluas jejaring dengan gerakan anti kolonial dan anti imperialisme di Paris.

Perluasan jejaring internasional memerlukan sekretariat stau kantor guna memermudah dan mengakselerasi aktivitas politik sekaligus titik poin markas gerakan di Eropa. Bung Hatta dan Arnold Mononutu memilih satu kamar hotel sebagai sekretariat melebarkan jejaring internasional di Eropa yaitu Hotel Du Progress Paris tahun 1920-an.

Hotel Du Progress terletak di jantung kota Paris. Hotel tidak terlalu besar mirip apartemen, tetapi dari hotel Du Progress inilah internasionalisasi gerakan kemerdekaan bangsa diterbarkan ke Eropa.

Di minggu pertama Januari 2023 saya menelusur lokasi Hotel Du Progress di Paris. Hotel ini masih beroperasi sama seperti di tahun 1920-an . Tidak yang berubah kecuali plang nama hotel yang sudah memudar. Boleh dikatakan jika dibanding dengan hotel lainnya, saat ini hotel Du Progress tergolong hotel kecil dan murah. Namun Hotel Du Progress mempunyai arti penting dan menyejarah dalam perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia (Eropa).

Koneksi dan jejaring internasional dari Rotterdam – Paris dan tentu saja di kota Eropa yang terhubung dengan gerakan antri kolonial, anti imperial dan anti imperialisme dari negara koloni yang dibangun Bung Hatta memerkuat pondasi kontruksi tidak saja merumuskan jalan panjang dan berliku kemerdekasn bangsa melainkan juga bersekutu dan terintegrasinya gerakan kemerdekaan Indonesia dalam gerakan internasional yang bertumbuh di perempat abad ke dua puluh yang mengantarkan Indonesia merdeka.

Bung Hatta selesai kuliah di Rotterdam tahun 1931 kembali ke tanah airnya untuk melanjutkan perlawanan terhadap kolonialisme mewujudkan bangsa merdeka. Indonesia merdeka terlepas dari negeri penjajah tahun 1945.

Untuk mengenang salah seorang mahasiswanya yang revolusioner dari Hindia Belanda dan berperan strategis dalam perlawanan kolonialisme dan imperialisme bersama gerakan anti kolonial global di dunia (Eropa) yang menjulangkan sang mahasiswa Bung Hatta sebagai tokoh anti kolonial terpandang di Eropa di perempat abad ke dua puluh yang berujung dengan kemerdekaan bangsa terjajah Hindia Belanda menjadi bangsa berdaulat, EUR Belanda mengabadikan nama Hatta di salah satu gedung di universitas ini.

Penulis adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.




Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *