PORANG (amorphophallus muelleri blume) merupakan tanaman umbi-umbian yang dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah dan ketinggian dari 0 s.d. 700 m di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini bisa tumbuh di lahan kering dan toleran terhadap naungan sampai dengan 60%.
Tanaman porang menghasilkan umbi yang memiliki cukup banyak kegunaan antara lain, dijadikan tepung untuk bahan baku kosmetik, pengental, lem, mie, campuran makanan, dan beras.
Produk porang memiliki keunggulan, yaitu rendah kalori sehingga menyehatkan. Adapun hasil olah yang berupa tepung dan chips mempunyai pasar ekspor antara lain ke Jepang, Taiwan, Tiongkok, dan Korea.
Seiring dengan berjalannya waktu, usaha porang dewasa ini berkembang sangat pesat yang dipicu antara lain:
1) Kisah sukses petani porang di berbagai daerah di Jawa Timur yang diekspos oleh media nasional
2) Dukungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan kementerian terhadap usaha budidaya porang
3) Maraknya pemberitaan di media masa terkait teknis dan analisa bisnis yang fantastis dari usaha tani porang, dan
4) Bertambahnya pabrik-pabrik pengolahan porang.
Beberapa faktor di atas telah mengubah mindset masyarakat di Indonesia untuk beralih melakukan usaha budidaya porang. Bahkan tidak sedikit lahan sawah dan lahan produktif lainnya diubah menjadi tanaman porang.
Bayangkan saja, menurut beberapa analisa pada saat itu, dengan harga porang Rp12.000,00-Rp14.000,00/kg dari areal 1 hektar (ha) dapat menghasilkan Rp800.000.000,00-Rp1.000.000.000,00 dengan modal hanya Rp150.000.000,00-Rp200.000.000,00 dalam waktu 10 bulan.
Masyarakat perorangan dan badan usaha seperti tersihir akan usaha ini, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sampai dengan tahun 2021, tanaman porang sudah banyak dibudidayakan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Tidak terhitung lagi banyaknya petani pemula yang mengusahakan tanaman ini dan mereka tidak peduli lagi dengan berapapun cost atau biaya yang dikeluarkan antara lain, bibit yang mahal, biaya sewa lahan, pupuk, dan perawatan yang tinggi, karena akan tertutupi dengan asumsi harga umbi porang di atas Rp10.000,00/kg.
Sebenarnya gejala penurunan harga porang sudah ada pada tahun 2021 dengan harga penerimaan oleh pabrik berkisar antara Rp6.000,00-7.000,00/kg, namun masyarakat petani porang sudah tidak peduli lagi.
Pada tahun itu juga, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Prof. Dwi Andreas Santosa, sudah mengingatkan demam porang ini bisa membuat harga porang jatuh dan merugikan petani.
Selain itu dinyatakan pula bahwa Indonesia bukanlah pemasok porang utama dunia. Memasuki tahun 2022 kekhawatiran harga porang akan jatuh sudah terasa.
Awal panen pada bulan Mei dibuka dengan harga sekitar Rp2.500,00/kg. Semula masih banyak yang optimis akan naik pada bulan Juli-November, ternyata sampai dengan akhir tahun 2022, harga porang hanya berkisar Rp3.000,00-Rp4.000,00/kg.
Memang sangat ironis, hal ini membuat petani porang, terutama pemula menjadi galau dan ada yang putus asa tanpa mampu berbuat apa-apa.
Dengan harga jual yang sangat rendah tersebut petani banyak mengalami kerugian, lantas apakah budidaya porang tidak mempunyai prospek yang baik lagi ke depannya?
Prospek
Menurut penulis, usaha budidaya porang masih memiliki prospek tergantung dari dukungan stakeholder, sosialisasi, dan hilirisasi.
Produk porang antara lain umbi porang, chips, tepung porang, mie porang, beras porang, makanan dari porang yang masing-masing dari produk tersebut mempunyai selisih harga yang cukup signifikan.
Adapun salah satu produk porang yang saat ini telah dikembangkan adalah beras porang yang memiliki manfaat antara lain membantu kesehatan saluran pencernaan, menurunkan kolestrol, menjaga kestabilan gula darah, menjaga berat badan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah penyakit kanker, dan menjaga kesehatan kulit.
Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo dalam kunjungannya ke pabrik pengolahan porang di Madiun pada tahun 2021, menyatakan bahwa porang merupakan komoditas baru yang berpotensi memberikan nilai tambah yang baik, tidak hanya bagi perusahaan pengolah, tetapi juga bagi para petani porang.
Presiden menambahkan bahwa porang akan menjadi makanan masa depan pengganti beras karena terbukti memiliki keunggulan yang bermanfaat bagi tubuh karena kadar gulanya yang rendah.
Pada kesempatan tersebut, presiden juga berharap produksi beras porang dapat diekspor, tidak hanya dalam bentuk produk mentah dan/atau setengah jadi, namun sudah dalam bentuk beras porang, sehingga memberikan nilai tambah.
Adapun informasi mengenai potensi serta manfaat dari beras porang yang luar biasa tersebut, pada kenyataannya belum dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi yang intensif dan masif dari berbagai pihak antara lain, pemerintah, pengusaha, pelaku ekonomi mikro, dan stakeholder lainnya, sehingga animo masyarakat meningkat terhadap penggunaan produk-produk olahan porang.
Pada kenyataannya, kelompok masyarakat yang telah memberdayakan pengolahan porang menjadi makanan, produknya sangat digemari oleh masyarakat.
Demikian juga dengan beras porang yang masih terbatas produksinya juga sangat disukai oleh masyarakat.
Dengan berbagai upaya-upaya tersebut, penulis meyakini bahwa usaha budidaya porang masih punya prospek yang cerah ke depannya. Semoga…(Penulis dosen Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.