JAKARTA (Waspada): Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara tahunan sudah menembus 5,51 persen (year-on-year/yoy).
Sementara pada inflasi Desember 2022 sebesar 0,66 persen (month-to-month/mtm). Inflasi ini terjadi akibat imbas perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.
“Inflasi pada Desember 2022 yang mencapai 0,66 persen, karena faktor musiman yaitu liburan sekolah, Natal dan Tahun Baru,” kata Kepala BPS Margo Yuwono, Senin (2/1/2023), di Jakarta.
Dia menuturkan, komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara bulanan, penyumbang terbesar antara lain kelompok pengeluaran dari makanan-minuman dan tembakau.
Kemudian diikuti inflasi kelompok perumahan, air listrik, bahan bakar rumah tangga, dan transportasi memberikan andil 0,06 persen atau terjadi inflasi 0,45 persen.
“Inflasi Desember 0,66 persen berasal dari komoditas antara lain beras dan tarif air minum PAM,” jelas Margo.
Menurutnya, seluruh kota di Indonesia mengalami kenaikan indeks harga konsumen (IHK) yang menimbulkan inflasi. Angka inflasi tertinggi terjadi di Bandung 2,04 persen dan terendah di Sorong 0,01 persen.
Inflasi Dunia
Mengenai kondisi inflasi dunia saat ini Margo menyampaikan, bahwa perekonomian global mengalami guncangan sepanjang 2022, yang berakibat pada tertahannya pertumbuhan ekonomi dan lonjakan inflasi.
“Tingkat inflasi 2022 merupakan yang tertinggi sejak 2008. Ketika itu ekonomi dunia sedang mengalami resesi besar,” ujarnya.
Margo menjelaskan, tingginya inflasi global disebabkan oleh permintaan yang pulih pascapandemi. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan supply dan demand sehingga memicu kenaikan harga komoditas.
Selain itu, situasi perang Rusia dengan Ukraina dan ketegangan geopolitik di sejumlah wilayah mendisrupsi rantai pasok global, sehingga menyebabkan kenaikan harga pangan dan energi memperparah laju inflasi.
Sejumlah lembaga internasional pun memperkirakan tingkat inflasi global pada 2022 akan mencapai 8,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,7 persen.
Tingkat inflasi di negara maju diperkirakan mencapai 9,9 persen, sementara inflasi negara berkembang diperkirakan mencapai 7,2 persen pada 2022.
Margo menyampaikan, inflasi di Amerika Serikat misalnya mencatatkan kenaikan yang tinggi, meski sudah melandai ke tingkat 7,11 persen pada November 2022.
“Selain itu, tingkat inflasi di Inggris dan Jerman masing-masingnya mencapai 9,30 persen dan 10,05 persen pada periode yang sama,” tuturnya.
Beberapa negara lainnya bahkan mencatatkan lonjakan inflasi yang drastis, misalnya Turki yang mencapai 84,39 persen per November 2022.
Margo bersyukur bahwa tingkat inflasi di dalam negeri cukup terkendali, di tengah gejolak global. Inflasi dunia. Secara domestik hingga Desember 2022 inlasi di dalam negeri mencapai 5,51 persen.
“Terkendalinya inflasi di dalam negeri, didukung oleh kebijakan pengendalian inflasi oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah,” paparnya.
Berbagai kebijakan pengendalian inflasi diantaranya operasi pasar murah, sidak pasar dan distributor agar tidak menahan barang, juga kerja sama dengan daerah penghasil komoditas untuk kelancaran pasokan. (J03)