Kepsek Yang Memimpin Dengan Hati

  • Bagikan
<strong>Kep</strong><strong>sek </strong><strong>Yang Memimpin Dengan Hati</strong><strong><em></em></strong>

Kepsek yang memimpin dengan hati juga perlu pengendalian diri, karena ia bukan hanya mengandalkan fisik, bukan semata-mata mengandalkan akal dan pikiran, tetapi juga dengan ruh dan jiwanya yang terkendalikan

Tanggal 3 Desember 2022 yang lalu, Dinas Pendidikan Sumatera Utara bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Maroban Bisuk melaksanakan acara sarasehan di SMA Negeri 2 Plus Panyabungan. Topiknya “Digitalisasi Data Pendidikan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan” diikuti para Kepala Sekolah Menengah Atas dan Sekola Menengah Kejuruaan se-Tapanuli Bagian Selatan. Acara dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Sumut dan salah satu isi pengarahan beliau adalah mengenai kepemimpinan kepala sekolah. Ia mengatakan akan diterbitkan aturan tentang kriteria dan persyaratan untuk menjadi kepala sekolah (Kepsek).

Saya sangat, karena memang salah satu faktor dalam mewujudkan mutu sekolah, mutu pembelajaran, sekaligus mutu lulusan adalah kepemimpinan Kepsek, di samping faktor lainnya, yaitu mutu calon siswa, mutu guru, mutu sarana prasarana, mutu tata kelola, serta lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran yang bermutu. Kepemimpinan Kepsek sangat penting karena selain langsung berpengaruh terhadap mutu sekolah, secara tidak langsung berpengaruh melalui faktor lainnya seperti mutu tata kelola, mutu sarana prasarana, mutu calon siswa, dan tentu saja mutu guru. Karena itu, untuk mewujudkan sekolah bermutu, proses pembelajaran bermutu, sekaligus lulusan bermutu, diperlukan kepemimpinan Kepsek bermutu baik kompetensinya, integritasnya, kapasitasnya, maupun kualitas kepribadiannya.

Kepsek mestilah yang memiliki kecerdasan, baik inteligensia, emosional, maupun spiritual sehingga dalam setiap langkah dan kebijakannya merupakan langkah cerdas, didasari pertimbangan matang, penuh perhitungan, serta dipengaruhi suasana spiritual dan religiusitas yang kental. Selain itu, tentu Kepsek mestilah juga memiliki modal ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan memadai. Baik aspek pendidikan, akademik, manajerial, organisasi, dan kemasyarakatan, karena Kepsek adalah pemikir, pendidik, manajer, dan sekaligus pemimpin, baik di sekolah maupun tentunya di tengah masyarakat.

Kepsek juga harus memiliki kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis, harus memiliki kebugaran dan mempunyai energi yang cukup untuk memimpin. Karena ia harus bekerja keras karena dia harus bertanggungjawab penuh terhadap target pencapaian sekolah yang dipimpinnya. Hal lain untuk melengkapi tiga syarat di atas adalah Kepsek harus memiliki kepemimpinan dengan hati. Sehingga dalam memimpin serta menggerakkan dan mengarahkan dilakukan dengan ketulusan dan membangun kerjasama dengan suasana keakraban dan kebersamaan. 

Keempat komponen dimensi kepemimpinan di atas saling terkait dan mempengaruhi mutu kepemimpinan kepala sekolah. Fondasinya adalah kepemimpinan menggunakan hati, karena dengan mengedepankan hati dan kasih sayang, pemimpin akan berusaha sehat dan bugar, berusaha meningkatkan pengetahuan, kemampuan, kapasitas, dan kapabilitasnya, sekaligus akan menjaga emosi, menjaga diri dan menjaga perbuatannya. Sehingga tidak melanggar etika, norma, tata krama, hukum negara, serta tidak melanggar ajaran agama.

Kepsek yang menggunakan hati dalam menjalankan kepemimpinannya, meskipun perlu menggunakan nalar dan logika sesuai “isi kepalanya”tetapi semestinya harus lebih mengandalkan “apa yang tersimpan di hatinya”. Karena sesungguhnya apa yang ada di kepala harus dikendalikan hati, karena mengandalkan akal saja tanpa hati, bisa berubah menjadi akal bulus, akal-akalan atau saling mengakali. Jadi, Kepsek yang memimpin dengan hati tidak sekedar menjalankan cara “dari kepala kepada kepala” (from head to head), tetapi harus dengan cara “dari hati kepada hati” (from heart to heart). Selain “membuka pikiran”, juga “menggandeng tangan” dan “menyentuh hati” baik aspek jasmani, rohani yang sarat etika dan kandungan nilai-nilai spiritual tinggi, tanpa melupakan estetika dan nilai seni tinggi.

Seorang Kepsek yang memimpin dengan hati, harus memulainya dengan menghidupkan hati nurani. Karena jika hati nurani mati, cenderung akal menjadi dominan dan hati mejadi semakin tertutupi. Sebaliknya jika hati nurani aktif dan hidup, maka akan menggiring Kepsek kepada hal baik. Jikapun terbersit niat tidak baik, pasti akan dilawan dan ditentang hati nurani. Kepsek yang memimpin dengan hati akan menjalankan kepemimpinan dengan menjadikan komitmen dan rasa cinta sebagai modal utama sekaligus juga mengharapkan cinta dari para guru dan siswanya.

Dilandasi rasa cinta dan kasih sayang, maka Kepsek akan selalu terbuka matanya sehingga tidak buta melihat penderitaan staf dan siswanya, terbuka telinganya sehingga tidak tuli mendengar jeritan para guru dan siswanya, serta terbuka hatinya sehingga dapat merasakan sakit yang dialami para guru dan siswa yang dipimpinnya. Bagi Kepsek yang memimpin berlandaskan cinta, tak ingin sekedar ditakuti, dihormati, dan disegani, dia lebih ingin dicintai para guru, bawahan serta siswanya. Untuk mendapatkan cinta mereka, tentu Kepsek harus terlebih dahulu memberikan cintanya kepada mereka, sehingga tak bertepuk sebelah tangan. 

Dengan rasa saling cinta, Kepsek akan mendapatkan semuanya, rasa hormat, rasa segan, dan rasa takut kehilangan kasih sayangnya kepada mereka. Rasa cinta yang terjalin antara Kepsek dengan guru dan siswanya akan semakin kuat, jika rasa cinta tersebut didasari oleh cinta kepada Sang Mahakuasa, Sang Pemilik Cinta. 

Kepsek yang menggunakan hati dalam menjalankan kepemimpinannya mestilah memiliki niat baik dengan hati yang bersih dan tulus memberikan yang terbaik agar cita-cita menjadikan sekolah bermutu, proses bermutu, hasil bermutu dapat diwujudkan. Dengan niat ikhlas tulus, Kepsek yang memimpin dengan hati, tidak sekedar mengejar kebahagiaan materi, atau kebahagiaan emosional, tetapi mengejar kebahagiaan asli yang diwujudkan dengan memahami hati, bersahabat dengan hati, mengikuti kata hati, dan menjadikannya energi membuat hidup lebih berarti. Kebahagiaan asli didasarkan suara hati yang bisa juga disebut kebahagiaan spiritual (spiritual happiness). 

Kepsek yang memimpin dengan hati harus memiliki integritas tinggi, serta memegang teguh kepercayaan, selalu berbaik sangka, dan mewujudkan rasa saling percaya, serta senantiasa memprakarsai kejujuran, menggerakkan kejujuran, menularkan kejujuran, dan menghargai kejujuran. Tentu saja Kepsek yang memimpin menggunakan hati haruslah mau dan mampu berlaku, berkata, dan bertindak jujur, baik terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain.

Kepsek yang memimpin dengan hati juga perlu pengendalian diri, karena ia bukan hanya mengandalkan fisik, bukan semata-mata mengandalkan akal dan pikiran, tetapi juga dengan ruh dan jiwanya yang terkendalikan. Selanjutnya bagi Kepsek yang memimpin menggunakan hati, kerjasama merupakan modal dan kekuatan, sehingga harus mampu menggalang kerjasama (team work) yang kokoh melalui tim kerja (work teams) yang bekerja secara efektif menyelesaikan tugas. Inti kerjasama tersebut adalah mengombinasikan pendekatan top down dan bottom up dalam menjalankan kepemimpinannya, yaitu top down dalam perilaku dan sikap serta bottom up dalam kebijakan dan pengambilan keputusan.

Top down dalam perilaku ini sejalan berbagai pepatah dan kata bijak yang menunjukkan pentingnya keteladanan bagi seorang pemimpin, antara lain, “jika air bersih di hulu, akan memberi peluang untuk bersih di hilir, tetapi jika air sudah kotor di hulu, maka dipastikan di hilir juga akan menjadi kotor”, “air bersih dan sapu bersihlah yang bisa membersihkan, jika digunakan air kotor atau sapu yang kotor, malahan akan membuat lebih kotor lagi”. Serta perumpamaan “ibarat ikan, jika kepalanya busuk, maka akan busuklah keseluruhannya, tapi sepanjang kepalanya masih segar, maka badan lainnya juga akan tetap dalam keadaan segar”.

Kepsek yang memimpin dengan hati harus memiliki pengaruh kuat dan mampu menggiring tanpa paksaan terhadap para guru dan siswa. Menggiring tanpa paksaan berarti para guru akan mengajar dengan hati dan menjalankan profesinya sepenuh hati tanpa perlu diawasi dan dimatai-matai. Mereka sudah merasa memiliki pengawas sepanjang hidupnya, yaitu Yang Mahamengawasi dan Yang Mahatahu bahkan apa yang ada dalam hati mereka. Jadi para guru dalam haruslah melalui mengajar dengan hati sekaligus akan memberikan terbaik yang ada pada dirinya dan melakukan hal terbaik yang bisa dia lakukan.

Kepsek yang memimpin dengan hati harus mampu membuat guru juga mengajar dengan hati, yang mencintai tugas dan profesinya, mencintai ilmu pengetahuan, serta mencintai muridnya, dan ingin melihat muridnya bahagia. Para siswa juga perlu berbahagia menikmati proses pembelajaran dengannya. Sekaligus mampu menghidupkan cinta dalam sanubari mereka, cinta kepada ilmu pengetahuan yang diajarkannya, cinta terhadap sesama murid lainnya, cinta kepada sekolah tempat mereka belajar, cinta kepada alam semesta yang merupakan sumber pembelajaran, yang kesemuanya adalah manifestasi cinta terhadap Sang Pemilik dan Pencipta alam semesta dan seluruh isinya, yaitu Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Mahapemilik Cinta. 

Kepsek yang memimpin dengan hati sekaligus akan mampu menjadikan para siswa yang juga belajar dengan hati yaitu belajar bersungguh-sungguh, memahami pentingnya mereka harus belajar. Sehingga kelak mereka memiliki bekal paripurna baik secara intelektual, emosional, spiritual, sosial dan moral.

Jadi gagasan pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Pendidikan membuat kriteria Kepsek menyangkut kapabilitas, kapasitas, integritas, dan kualitas kepribadian perlu didukung sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas sekolah secara keseluruhan. Kiranya aspek kepemimpinan, khususnya kepemimpinan dengan hati perlu dipertimbangkan sebagai salah satu indikator dalam penentuan Kepsek, sehingga nantinya akan terwujud sekolah bermutu di daerah ini di bawah kepemimpinan Kepsek yang menggunakan hati, dengan guru-guru yang menjalankan profesinya melalui mengajar dengan hati, dan para siswanya juga yang belajar dengan hati. Jadi, gunakan hati dengan sepenuh hati, jangan setengah hati, apalagi tanpa hati.

Penulis adalah Ketua Program Doktor Ilmu Pertanian UMA dan Rektor Institut Bisnis IT&B.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

<strong>Kep</strong><strong>sek </strong><strong>Yang Memimpin Dengan Hati</strong><strong><em></em></strong>

<strong>Kep</strong><strong>sek </strong><strong>Yang Memimpin Dengan Hati</strong><strong><em></em></strong>

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *