Proses Pembentukan Kepribadian

  • Bagikan
<strong>Proses Pembentukan Kepribadian</strong><strong></strong>

Penetrasi media komunikasi begitu besar pengaruhnya dalam kehidupan sosial mulai dari perkotaan sampai pelosok desa. Masyarakat mengalami perubahan sosial yang serius akibat pergeseran kehidupan agraris menjadi masyarakat urban

Seorang anak yang baru lahir akan langsung menjalani sosialisasi dari ibunya dalam rangka proses pembentukan kepribadian. Dibanding dengan ayah, seorang ibu yang paling dominan pada tingkat awal yang berperan dalam proses pembentukan kepribadian.

Karena itu, tidak aneh peran seorang ibu begitu dominan dimulai dari pengenalan bahasa sehingga ibu menjadi sekolah yang pertama (al madrasat al ula) terjadinya sosialisasi proses pembentukan kepribadian. Ketika ibu memiliki potensi kecerdasan dalam proses pembentukan kepribadian maka anaknya kelak besar kemungkinan menjadi orang yang berhasil dalam kehidupan masyarakat.

Tetapi sebaliknya, manakala proses pembentukan kepribadian gagal dijalankan seorang ibu, hal itu menjadi lampu kuning bagi masa depan seorang anak. Belum lagi, apabila keluarga tidak bisa dijadikan anak sebagai panutan akibat berbagai faktor seperti broken home, perceraian dan lain sebagainya. Atas dasar itu, pentingnya pendidikan kaum perempuan sangat menentukan masa depan seorang anak.

Kecerdasan  seorang ibu tidak semata-mata ditentukan oleh derajat pendidikan formal akan tetapi tergantung kemampuan seorang ibu menginternalisasikan norma-norma kebaikan pada anaknya. Bisa saja, seorang ibu yang telah melampaui derajat pendidikan yang tinggi akan tetapi belum menjadi jaminan  anaknya berhasil melalui proses pembentukan kepribadian di kemudian hari. Akibat sang ibu belum mampu menginternalisasikan nilai-nilai moralitas pada dirinya. Secara teoritis, proses sosialisasi pembentukan kepribadian terdapat dalam dua model.

Pertama, proses sosialisasi yang dikerjakan tanpa sengaja lewat proses interaksi  sosial. Proses sosialisasi terjadi ketika seorang individu yang tersosialisasi tanpa sengaja menyaksikan berbagai perilaku yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya atau orang-orang terhadap dirinya dan dengan kesaksian yang diperolehnya kemudian dilakukannya terhadap dirinya atau dalam lingkungan pergaulannya dengan sejumlah tingkah laku yang telah diinternalisasikannya menjadi norma yang melekat dalam dirinya.

Kedua, proses sosialisasi yang dikerjakan secara sengaja lewat proses pendidikan dan pengajaran. Hal ini terjadi ketika orang yang menerima sosialisasi kepribadian itu secara sengaja melakukan proses sosialisasi itu melalui proses pendidikan dan pengajaran dengan tujuan agar norma-norma yang disosialisasikan oleh sumber referensi sosial dapat  tertanam dengan baik dalam batin setiap pribadi yang memperoleh sosialisasi.

Dari uraian di atas, maka faktor lingkungan maupun pergaulan  sangat dominan mengantarkan terjadi proses pembentukan kepribadian sedang pada model yang kedua posisi strategis yang dibebankan kepada lembaga pendidikan dan pengajaran dalam membentuk persepsi anak didik terhadap nilai-nilai baik yang patut oleh ditiru setiap anak.

Pada saat sekarang ini berbagai perilaku menyimpang yang berkembang dalam masyarakat menjadi hal yang patut direnungkan dampaknya secara bersama. Berbagai perilaku menyimpang telah berkembang hampir pada semua lapisan masyarakat akibat terjadinya perubahan sosial sehingga menimbulkan berbagai anomie.

Pada sisi lain, perkembangan keberagamaan dan kebudayaan yang pada dasarnya diharapkan menjadi rujukan dalam perjalanan kehidupan tetapi sering menunjukkan gejala deviasi sosial sebagai akibat dari perubahan sosial. Pada masa lalu tokoh agama tampil menjadi pemegang otoritas sosial akibat keteguhan  kepribadian mereka namun sekarang suasanya sudah jauh berubah.

Hal itu disebabkan karena para pemuka agama menjadi pribadi yang otonom yang tidak tergoda oleh berbagai berbagai perangkat kehidupan. Demikian juga tokoh budaya menjadi pribadi yang mandiri menghadapi tarikan modernitas. Terjadinya kelambanan kepribadian mereka memberikan respon terhadap modernitas karena apabila mereka memilih sikap mengisolasi diri dari modernitas, kemungkinan mereka akan ditinggalkan umatnya.

Penetrasi media komunikasi begitu besar pengaruhnya dalam kehidupan sosial mulai dari perkotaan sampai pelosok desa. Masyarakat mengalami perubahan sosial yang serius akibat pergeseran kehidupan agraris menjadi masyarakat urban. Perubahan sosial tersebut kemudian membawa pengaruh terhadap proses komunikasi antara daerah perdesaan dengan perkotaan, media massa, iklan, pendidikan formal dan informasi.

Masyarakat menginginkan semuanya serba instant, serba cepat. Hal tersebut pada satu sisi akan mempertinggi standard prestasi, ambisi sosial dan aspirasi materil yang berlebihan. Terjadinya peningkatan keberhasilan sosial kemudian membentuk persepsi sosial.

Hal itu menjadi gambaran terhadap intensitas pencapaian simbol-simbol keberhasilan kehidupan yang ditandai dengan indikator kehidupan yang mewah, kaya dan berbagai status sosial yang terus berkembang yang disebut R. Merton dengan deviasi-deviasi endemis. 

Munculnya perasaan sedih membaca berita terjadinya penyimpangan perilaku orang yang semestinya  menjadi panutan namun  melanggar norma kepatutan antara lain tindakan penyalahgunaan Narkoba, minuman keras yang menjadi akar penyimpangan kepribadian. Penyimpangan kepribadian merambah spektrum yang semakin luas  menjangkau status sosial yang tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut, tentu tidak bisa dibebankan hanya kepada komunitas tertentu seperti keluarga dan guru  akan tetapi perlunya ditumbuhkan tanggung jawab bersama terhadap proses pembentukan kepribadian. Adanya gagasan revolusi mental pada masa lalu menjadi secercah harapan yang perlu dilanjutkan pembangunannya.

Pranata keluarga dan pendidikan menempati lapisan pertama yang memerlukan penguatan kemudian menyusul pemimpin masyarakat yang diberi amanah sebagai panutan. Para pemuka agama sebagai panutan moral hendaknya juga tampil menjadi teladan di masyarakat sehingga terjadi keterpaduan agama sebagai ajaran dengan agama sebagai panutan.

Mewujudkan agama sebagai panutan memerlukan kehadiran pemuka agama bukan hanya memiliki pemahaman yang luas tetapi mereka tampil sebagai panutan. Karena itu, proses pembentukan kepribadian merupakan langkah strategis dalam mewujudkan  keberhasilan pembangunan.

Penulis adalah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

<strong>Proses Pembentukan Kepribadian</strong><strong></strong>

<strong>Proses Pembentukan Kepribadian</strong><strong></strong>

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *