Scroll Untuk Membaca

Medan

Pengungsi Somalia Berharap Bantuan Gubsu

MEDAN (Waspada): Kantor Gubsu, Rabu (7/9) kembali didatangi pengungsi yang meminta perlindungan dari Gubernur Sumatera Utara. Kali ini pengungsi yang menyampaikan aspirasinya adalah berasal dari negara Somalia, setelah sehari sebelumnya Kantor Gubsu didatangi pengungsi asal Afganistan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Pengungsi Somalia Berharap Bantuan Gubsu

IKLAN

Mereka berharap bantuan dari Gubsu Edy Rahmayadi terhadap kondisi kehidupan mereka yang sangat memprihatinkan.

Puluhan pengungsi asal Somalia, hari itu menyampaikan aspirasinya, lewat unjukrasa yang dilakukan di Kantor Gubsu. Pengunjukrasa mengklaim, jumlah mereka di Sumut saat ini lebih kurang 600 orang. Terdiri keluarga dengan ibu tunggal, wanita lajang, pria lajang dan sekitar 250 anak-anak, yang kebanyakan lahir di sini.

Berbagai keluhan disampaikan perwakilan pengunjukrasa kepada Kabag LPSE Surya Nasution, yang menerima mereka. Yakni tentang tantangan yang dihadapi, kondisi kesehatan, dan akses pendidikan.

Dari paparan yang disampaikan lewat pernyataan sikap tertulis para pengungsi, tergambar kalau kondisi yang mereka hadapi, sunggu sangat berat. Dimulai dari kedatangan para pengungsi, yang terdampar sekitar 12 tahun lalu, Mereka harus menghadapi penahanan beberapa tahun.

Selama dalam penahanan, para ngungsi mengaku tidak bisa mendapatkan hak-hak dasar seperti air bersih dan makanan yang layak. Kondisi ini membuat sebagian besar mereka sakit fisik dan mental. Dan beberapa orang ibu harus kehilangan anak-anak mereka.

Setelah bertahun-tahun ditahan, para pengungsi dibebaskan dan ditampung oleh Organisasi Internasional untuk Migran (IOM). Tapi tempat bagi mereka juga tidak layak, dan penuh sesak. Penempatan baru pengungsi, tidak ubahnya ‘penjara terbuka’ bagi mereka. Karena pengungsi tetap dibatasi secara fisik dan mental. Juga secara finansial.

Alami Depresi


Di bidang kesehatan, para pengungsi mengaku tidak memiliki akses ke layananan kesehatan mental. Karena kondisi penampungan yang tidak layak, membuat banyak dari mereka yang mengalami depresi, kecemasan dan gangguan kejiwaan.

Menurut pengakuan pengungsi lebih 25 persen anak mereka kini mengalami autism. Mereka menduga, itu terjadi karena faktor lingkungan dan kondisi tempat tinggal yang tidak baik. Sementara IOM dan Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) tidak memiliki rencana yang baik untuk mereka.

Di sektor pendidikan, para pengungsi mengaku tidak mendapatkan, baik pendidikan formal dan non formal, atau juga keterampilan kerja. Padahal, untuk anak-anak yang lahir di pengungsian, saat ini umur mereka rata-rata sudah 10 tahun, dan sangat membutuhkan pendidik.

Para pengungsi juga mengaku tidak dapat bekerja secara legal. Bila mencoba untuk bekerja, mereka ditangkap dan ditahan oleh pihak imigrasi. Sementara bantuan keuangan yang diterima dari IOM tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sementara itu, Kabag LPSE Setdaprovsu Surya Nasution, saat menerima perwakilan pengunjukrasa, tidak dapat berbuat banyak. Dia hanya bisa menampung aspirasi dari para pengungsi asal Somalia itu.

‘’Sementara saya tampung dulu aspirasi kalian, untuk saya sampaikan kepimpinan tentang kondisi yang dihadapi pengungsi, dan dicarikan sulusinya,’’ kata Surya Nasution. (m07)

Waspada/zul harahap
Pengugsi asal Somalian, saat melakukan aksi di Kantor Gubsu.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE