1500 Ha Lebih Area Pertanian Manggeng Raya Abdya Terancam Kering

- Aceh
  • Bagikan

BLANGPIDIE (Waspada): Sedikitnya, sekitar 1.500 hektare (ha) lebih, areal pertanian produktif dalam 2 Kecamatan di Aceh Barat Daya (Abdya), yakni Kecamatan Lembah Sabil dan Kecamatan Manggeng, atau biasa disebut Manggeng Raya, dilaporkan terancam kering, tidak bisa dibajak dalam Musim Tanam (MT) tahun 2022 ini.

Pasalnya, sumber air dari Daerah Irigasi )DI) Intake Krueng Baru, yang terletak di kawasan Desa Kayee Aceh, Kecamatan Lembah Sabil, tersumbat dengan ketebalan sendimen kurang lebih 1 meter. Bahkan, di beberapa titik saluran sekunder irigasi dimaksud, ketebalan sendimen hamper memenuhi saluran dengan lebar 2 meter dan tinggi 1,5 meter. Posisi pintu air saat ini jauh lebih rendah, dibandingkan saluran irigasi. Sehingga, air tidak dapat dialiri lagi.

Imbasnya, sekitar 1.500 ha lebih areal pertanian produktif dalam kawasan Manggeng Raya, hingga saat ini tidak bisa dibajak (terlantar). Sementara areal pertanian di Kecamatan lain di Abdya, sudah memasuki masa tanam. Bahkan, sebagian sudah memasuki masa perkembang biakan tanaman padi. “Jauh sekali kita tertinggal akibat tersumbatnya irigasi andalan kita ini. Bisa jadi kita gagal tanam. Bajak saja gak bisa, bagaimana mau nanam,” ungkap Joni, Hop Keujruen Lembah Sabil, di lokasi. Selasa (4/1).

Ditambahkan Joni, berbagai upaya sudah dilakukan warga tani Manggeng Raya, agar saluran irigasi tersebut dapat difungsikan kembali, dengan system gotong royong. Akan tetapi katanya, upaya itu tidak maksimal. Di samping ketebalan sendimen saluran yang tidak mampu dikerjakan (dikerok) secara manual (tenaga manusia), saluran itu juga memiliki penutup beton permanen, yang tidak bisa dibuka lagi. Saat warga tani bergotong royong, para warga terpaksa merangkak dibawah atap saluran, mengerok sendimen dan mengangkut keluar lewat pintu masuk. “Susah sekali kerjanya. Sebenarnya kami tidak manja. Karena tidak mampu kami kerjakan, makanya kami laporkan,” demikian Joni.

Terkait masalah itu, Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setdakab, merangkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya, Ir Much Tavip MM, dimintai tanggapannya saat turun ke lokasi DI Intake Krueng Baru bersama Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Alfian Liswandar ST, serta Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Abdya drh Nasruddin mengatakan, Dari hasil observasi dilapangan, pihaknya menemukan ada tumpukan sendimen yang menyumbat laju air sehingga tidak bisa mengalir dengan lancar di dalam saluran. “Sendimen dari bebatuan kerikil itu, sudah mengeras dan menumpuk hingga mencapai lebih dari satu meter,” ungkap Tavip.

Diakui Tavip, beberapa waktu lalu pihaknya juga sudah mencoba melakukan pembersihan dengan menggunakan armada Mobil Pemadam Kebakaran (Damkar). Sayangnya, sendimen tidak berhasil dihancurkan. Untuk itu, pihaknya berharap Dinas Pengairan Provinsi Aceh, segera turun bersama untuk mencari solusi, terkait penyumbatan tersebut. “Karena saluran irigasi ini ranah nya provinsi, maka kita minta Dinas PUPR segera berkoordinasi meminta izin pembongkaran boxculver, agar sendimen yang mengendap dalam saluran, dapat di keruk menggunakan beko (exavator),” sebutnya.

Jika provinsi memberi izin lanjut Tavip, boxculver itu akan di bongkar dengan panjang pertiga meter atau lima meter, intinya bisa masuk paket beko kedalam saluran tersebut. Andaipun pihak provinsi tidak juga memberi izin katanya, pihaknya telah berkoordinasi dengan para ketua adat tani (Hop Keujrun dan Keujrun), untuk bersama-sama melakukan gotong royong sesuai dengan kemampuan yang ada. “Kita tidak bisa mengambil tindakan tanpa izin dari provinsi,” ujarnya.

Tavip juga mengatakan, dengan tebalnya sendimen dalam saluran irigasi, kecil kemungkinan akan bersih secara maksimal, jika hanya menggunakan tenaga manual melalui gotong royong. Dipastikan akan tersumbat kembali dalam waktu yang tidak lama. Apalgi kondisi arus Krueng Baru memang dikenal sangat ganas, dibandingkan sungai-sungai lain yang ada di Abdya. “Solusinya berdasarkan kajian teknis adalah pembongkaran boxculver. Hal ini agar mudah dibersihkan dan prosesnya akan maksimal. Kita bukan merusak, tapi membongkar demi kelancaran air ke sawah petani. Jika kebijakan ini tidak segera diambil, ada 1.500 ha lebih areal pertanian penduduk di Manggeng Raya ini, terancam kering,” pungkas Tavip.(b21)




Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *